Islam amat memuliakan ilmu yang sahih (bermanfaat).
Allah Ta’ālā berfirman, "(Niscaya) Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Bahkan Allah Ta’ālā
menyandingkan persaksian ahli ilmu dengan persaksian-Nya dan persaksian para
malaikat terkait persaksian yang sangat agung.
"Allah mempersaksikan bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. (Juga menyatakan yang demikian itu) para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
Hal ini menunjukkan mulianya
kedudukan para ulama dalam ajaran Islam. Allah tidak memerintahkan Nabi-Nya,
Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu
selain tambahan ilmu.
"Dan katakanlah (Muhammad), 'Ya Tuhanku! Tambahkanlah ilmu kepadaku.'"
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
"Siapa yang menempuh sebuah jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena senang pada penuntut ilmu. Orang berilmu itu dimintakan ampunan oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan di dasar air. Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah ahli waris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian yang melimpah."
(HR. Abu Daud: 3641, Tirmizi: 2682, Ibnu Majah: 223 dan lafal hadis ini berasal dari beliau, dan Ahmad: 21715)
Islam senantiasa
menganjurkan untuk melakukan penelitian ilmiah yang jauh dari hawa nafsu. Serta
mengajak agar selalu melakukan pengamatan serta perenungan terhadap diri kita
dan lingkungan sekitar.
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`ān itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
Allah Ta’ālā
juga berfirman,
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al-Qur`ān itu?"
Allah Ta’ālā
juga berfirman,
"Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.
Hasil riset ilmiah yang benar terhadap ilmu
pengetahuan pasti tidak akan kontradiksi dengan ajaran Islam. Kami akan
menyebutkan satu contoh, yaitu: Al-Qur`ān telah menyebutkan berbagai hal dengan
amat detail sejak lebih dari 1400 tahun lalu, dan itu baru diketahui oleh sains
modern belakangan ini. Hasil riset ilmu modern sejalan dengan yang tercantum
dalam Al-Qur`ān yang agung; yaitu proses penciptaan janin manusia di dalam
rahim ibunya.
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu lalu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik."