Islam amat memuliakan ilmu yang sahih (bermanfaat) dan senantiasa menganjurkan untuk melakukan penelitian ilmiah yang jauh dari hawa nafsu.

Islam amat memuliakan ilmu yang sahih (bermanfaat).

Allah Ta’ālā berfirman, "(Niscaya) Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

(QS. Al-Mujādilah: 11)

Bahkan Allah Ta’ālā menyandingkan persaksian ahli ilmu dengan persaksian-Nya dan persaksian para malaikat terkait persaksian yang sangat agung.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Allah mempersaksikan bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. (Juga menyatakan yang demikian itu) para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."

(QS. Āli 'Imrān: 18)

Hal ini menunjukkan mulianya kedudukan para ulama dalam ajaran Islam. Allah tidak memerintahkan Nabi-Nya, Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu selain tambahan ilmu.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Dan katakanlah (Muhammad), 'Ya Tuhanku! Tambahkanlah ilmu kepadaku.'"

(QS. Ṭāhā: 114)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Siapa yang menempuh sebuah jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena senang pada penuntut ilmu. Orang berilmu itu dimintakan ampunan oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan di dasar air. Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah ahli waris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian yang melimpah."

(HR. Abu Daud: 3641, Tirmizi: 2682, Ibnu Majah: 223 dan lafal hadis ini berasal dari beliau, dan Ahmad: 21715)

Islam senantiasa menganjurkan untuk melakukan penelitian ilmiah yang jauh dari hawa nafsu. Serta mengajak agar selalu melakukan pengamatan serta perenungan terhadap diri kita dan lingkungan sekitar.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`ān itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"

(QS. Fuṣṣilat: 53)

Allah Ta’ālā juga berfirman,

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al-Qur`ān itu?"

(QS. Al-A'rāf: 185)

Allah Ta’ālā juga berfirman,

"Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.

" (QS. Ar-Rūm: 9)

Hasil riset ilmiah yang benar terhadap ilmu pengetahuan pasti tidak akan kontradiksi dengan ajaran Islam. Kami akan menyebutkan satu contoh, yaitu: Al-Qur`ān telah menyebutkan berbagai hal dengan amat detail sejak lebih dari 1400 tahun lalu, dan itu baru diketahui oleh sains modern belakangan ini. Hasil riset ilmu modern sejalan dengan yang tercantum dalam Al-Qur`ān yang agung; yaitu proses penciptaan janin manusia di dalam rahim ibunya.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu lalu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik."

(QS. Al-Mu`minūn: 12-14)

Pilih Bahasa Anda