Islam melarang akhlak tercela, seperti: berbohong, curang, tidak jujur, berkhianat, menipu, ...

Islam melarang akhlak yang tercela secara umum.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."

(QS. Luqmān: 18)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempatnya denganku pada hari Kiamat adalah orang yang paling baik budi pekertinya di antara kalian. Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempatnya dariku pada hari Kiamat adalah orang yang banyak bicara dan bergaya dalam bicara serta bermulut besar." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Kami sudah tahu orang yang banyak bicara dan bergaya dalam bicara, lantas apakah yang dimaksud dengan bermulut besar?" Beliau menjawab, "Yaitu orang-orang yang sombong."

(As-Silsilah Aṣ-Sahihah: 791)

Islam juga melarang ucapan dusta.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta."

(QS. Gāfir: 28)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Jauhilah kalian perbuatan dusta; karena sesungguhnya dusta itu akan mengantarkan pada kejahatan. Dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha melakukan kedustaan hingga ia dicatat sebagai pendusta di sisi Allah."

(Sahih Muslim: 2607)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

"Tanda orang munafik ada tiga; berdusta apabila berbicara, ingkar janji apabila berjanji dan berkhianat apabila diberi amanah."

(Sahih Bukhari: 6095)

Islam juga melarang berbagai jenis kecurangan.

Dalam hadis lain disebutkan, bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah melewati sebuah tumpukan makanan (yang dijual) lalu beliau memasukkan tangannya padanya, ternyata jari-jari beliau merasakan basah. Beliau bersabda,

"Apa ini, wahai pemilik makanan?" Dia menjawab, "Ditimpa hujan, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Tidakkah engkau meletakkannya di bagian atas makanan itu supaya orang lain dapat melihatnya? Siapa yang berbuat curang, maka dia bukan dari golongan kami."

(Sahih Muslim: 102)

Islam melarang ketidakjujuran, berkhianat dan penipuan.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui."

(QS. Al-Anfāl: 27)

Allah Ta’ālā juga berfirman,

"(Yaitu) orang yang memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian."

(QS. Ar-Ra'd: 20)

Dahulu, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan kepada bala tentaranya ketika mereka bersiap-siap berangkat perang,

"Berperanglah kalian dan janganlah kalian menipu (dalam harta rampasan), jangan kalian mengkhianati janji, jangan membunuh seseorang dengan cara yang kejam, dan janganlah membunuh anak-anak."

(Sahih Muslim: 1731)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

"Ada empat perkara, siapa yang keempat perkara itu ada padanya maka dia seorang munafik tulen, dan siapa yang pada dirinya terdapat salah satu dari keempat perkara itu maka dalam dirinya terdapat satu perangai kemunafikan hingga dia meninggalkannya; yaitu berkhianat apabila dipercaya, berdusta apabila berbicara, ingkar apabila berjanji, dan keluar dari kebenaran apabila berselisih."

(Sahih Bukhari: 34)

Islam juga melarang iri dengki.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar."

(QS. An-Nisā`: 54)

Allah Ta’ālā juga berfirman,

"Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."

(QS. Al-Baqarah: 109)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Penyakit umat-umat sebelum kalian merayap mendatangi kalian; hasad dan kebencian, itulah yang memangkas. Aku tidak mengatakan memangkas rambut tapi memangkas agama. Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya! Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku beritahu yang menguatkan hal itu pada kalian? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian."

(Sunan At-Tirmiżiy: 2510)

Islam juga telah melarang perbuatan makar dan rencana jahat.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya."

(QS. Al-An'ām: 123)

Allah Ta’ālā telah mengisahkan bahwa kaum Yahudi berusaha keras membunuh Almasih ‘alaihis-salām dan merencanakan kejahatan. Namun, Allah Ta’ālā akhirnya membalas rencana jahat mereka. Allah juga telah menjelaskan bahwa rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Allah Ta’ālā berfirman, "Maka ketika Isa merasakan pengingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata, 'Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?' Para Ḥawāriyyūn (sahabat setianya) menjawab, 'Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim.

Ya Tuhan kami! Kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian.'

Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.

(Ingatlah), ketika Allah berfirman, '

Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan.'"

(QS. Āli 'Imrān: 52-55)

Allah Ta’ālā juga telah mengisahkan bahwa kaum Nabi Ṣāliḥ ‘alaihis-salām berupaya keras melancarkan rencana jahat dengan membunuh dirinya. Lalu mereka membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya mereka, serta membinasakan mereka dan seluruh kaum mereka.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Mereka berkata, 'Bersumpahlah kamu dengan (nama) Allah, bahwa kita pasti akan menyerang dia bersama keluarganya pada malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, dan sungguh, kita orang yang benar.' Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana akibat dari tipu daya mereka, bahwa Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya."

(QS. An-Naml: 49-51)

Islam juga melarang pencurian. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Tidaklah pezina dalam keadaan beriman (sempurna) ketika ia berzina, tidaklah pencuri dalam keadaan beriman (sempurna) ketika ia mencuri, dan tidaklah peminum minuman keras dalam keadaan beriman (sempurna) ketika meminumnya, dan tobat pun masih terbuka."

(Sahih Bukhari: 6810)

Islam juga melarang permusuhan.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."

(QS. An-Naḥl: 90)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Sesungguhnya Allah Ta’ālā telah memberikan wahyu kepadaku: hendaklah kalian bersikap tawaduk (rendah hati) sehingga tidak ada seseorang yang menganiaya orang lain dan tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya atas orang lain."

(Sahih Abī Dāwūd: 4895)

Islam juga melarang kezaliman. Allah Ta’ālā berfirman,

"Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim."

(QS. Āli 'Imrān: 57)

Allah Ta’ālā juga berfirman,

"Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan."

(QS. Al-An'ām: 21)

Allah Ta’ālā juga berfirman, "Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih."

(QS. Al-Insān: 31)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Tiga orang yang doa mereka tidak tertolak, yaitu; seorang imam (penguasa) yang adil, orang yang berpuasa hingga berbuka dan doanya orang yang dizalimi. Allah akan mengangkat doanya ke atas awan dan membukakan baginya pintu-pintu langit, seraya berfirman, 'Demi kemuliaan-Ku! Sungguh Aku akan menolongmu meski beberapa saat lamanya.'"

(HR. Muslim: 2749 secara ringkas dengan sedikit perubahan, Tirmizi: 2526 dengan sedikit perubahan, dan Ahmad: 8043, dan lafal hadis ini dari beliau)

Tatkala Rasul, Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, mengutus Mu'āż ke negeri Yaman, di antara yang disampaikan Rasulullah kepadanya ialah:

"Takutlah terhadap doanya orang yang terzalimi karena antara dia dan Allah tidak ada hijab yang menghalanginya."

(Sahih Bukhari: 1496)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Ketahuilah bahwa orang yang menzalimi orang kafir yang menjalin perjanjian dengan umat Islam, atau mengurangi haknya, atau membebaninya di atas kemampuannya, atau mengambil darinya sesuatu yang tidak ia relakan; maka aku adalah orang yang akan membelanya pada hari Kiamat."

(Sunan Abī Dāwūd: 3052)

Kesimpulannya; agama Islam -sebagaimana engkau saksikan- senantiasa melarang setiap perbuatan yang menjijikkan (buruk), dan perlakuan yang zalim atau sewenang-wenang.

Pilih Bahasa Anda