Allah Subḥānahu wa Ta’ālā adalah pemilik kekuasaan yang tidak ada sekutu bagi-Nya; baik dalam hal penciptaan, kekuasaan hingga pengaturan alam semesta. Allah Ta’ālā berfirman,
"Katakanlah (Muhammad), 'Terangkanlah (kepadaku) tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepadaku apa yang telah mereka ciptakan dari bumi, atau adakah peran serta mereka dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepadaku kitab sebelum (Al-Qur`ān) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu orang yang benar.'"
Syekh As-Sa'diy raḥimahullāh berkata,
"Artinya: katakanlah -wahai Muhammad- kepada mereka yang menyekutukan Allah dengan patung dan berhala yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak dapat menghindarkan bahaya, tidak dapat menghidupkan dan tidak dapat mematikan, yakni katakan kepada mereka -untuk menerangkan lemahnya sembahan mereka dan bahwa sembahan itu tidak berhak disembah-, 'Perlihatkan kepadaku apa yang telah mereka ciptakan dari bumi, atau adakah peran serta mereka dalam (penciptaan) langit?', yakni: apakah mereka menciptakan benda-benda langit atau bumi? Apakah mereka menciptakan gunung atau mengalirkan sungai? Apakah mereka yang menyebarkan hewan-hewan dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan atau apakah mereka ikut serta dan membantu dalam hal semua itu? Jelas sekali, mereka tidak menciptakan dan tidak pula memiliki peran serta dalam hal itu lewat pengakuan mereka, juga pengakuan selain mereka. Ini merupakan dalil logika yang pasti menunjukkan bahwa seluruh penyembahan selain Allah adalah batil. Selanjutnya Allah Subḥānahu wa Ta’ālā menyebutkan dalil dalil naqliy (berupa riwayat) dalam firman-Nya: 'Bawalah kepadaku kitab sebelum (Al-Qur`ān) ini'; yakni adakah kitab yang menyuruh berbuat syirik, 'atau adakah peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu)' yang diwariskan dari para rasul yang menyuruh demikian?! Sebagaimana diketahui bersama bahwa mereka sejatinya tidak mampu untuk menunjukkan bukti bahwa kesyirikan yang mereka lakukan itu berasal dari ajaran salah satu rasul. Bahkan kami yakin dan percaya bahwa semua rasul mengajak untuk menauhidkan Rabb mereka dan melarang berbuat syirik. Inilah ilmu terbesar yang diwariskan dari para rasul itu. "
(Tafsir Ibni Sa'diy: 779)
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā adalah pemilik kekuasaaan yang tidak memiliki sekutu dalam kekuasaan-Nya. Allah Ta’ālā berfirman,
"Katakanlah (Muhammad), 'Wahai Tuhan pemilik kekuasaan! Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.'"
Allah Ta’ālā berfirman seraya menjelaskan bahwa kekuasaan yang sempurna itu hanya milik-Nya semata di hari Kiamat kelak, (yaitu) pada hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tidak sesuatu pun keadaan mereka yang tersembunyi di sisi Allah. (Lalu Allah berfirman),
“Milik siapakah kerajaan pada hari ini?' Milik Allah Yang Maha Esa, Maha Mengalahkan."
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā tidak memiliki sekutu sama sekali; baik dalam perkara kekuasaan, penciptaan, pengaturan alam semesta hingga dalam perkara peribadatan. Allah Ta’ālā berfirman,
"Dan katakanlah, 'Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya. '"
Allah Ta’ālā berfirman,
"Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan, dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat."
Allah adalah raja (penguasa), sedangkan yang lain adalah milik-Nya. Dia adalah pencipta, sedangkan yang lain hanyalah makhluk bagi-Nya. Dia juga yang telah mengatur alam semesta. Maka siapa saja yang memiliki keistimewaan seperti ini, ia wajib untuk diibadahi. Adapun beribadah kepada selain-Nya, maka merupakan ketidakwarasan dan kesyirikan yang merusak urusan dunia maupun akhirat. Allah Ta’ālā berfirman,
"Dan mereka berkata, 'Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.' Katakanlah, '(Tidak!) Tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk golongan orang-orang musyrik.'"
Allah Ta’ālā berfirman,
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan (bagi-Nya)."
Allah Yang Mahabenar telah menjelaskan bahwa siapa saja yang mengikuti ajaran selain agama Ibrahim Sang Kekasih Allah ‘alaihis-salām; sungguh ia telah memperbodoh dirinya sendiri. Allah Ta’ālā berfirman,
"Dan orang yang membenci agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, Kami telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang yang saleh."