Allah Ta’ālā tidak akan menerima satu amalan dan tidak akan memberikan pahalanya di akhirat kelak kecuali amalan tersebut berasal dari orang yang beriman kepada Allah, menaati-Nya serta membenarkan para rasul-Nya ‘alaihimuṣ-ṣalātu was-salām.
Allah Ta’ālā berfirman,
"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya padanya (di dunia) apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.”
(QS. Al-Isrā`: 18-19)
Allah Ta’ālā berfirman,
"Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan), dan sungguh, Kamilah yang mencatat untuknya."
(QS. Al-Anbiyā`: 94)
Allah Ta’ālā tidak akan menerima amal ibadah kecuali bila telah sesuai dengan syariat-Nya.
Allah Ta’ālā berfirman,
"Untuk itu, barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya."
(QS. Al-Kahf: 110)
Dia menjelaskan bahwa amalan seseorang tidak benar kecuali bila telah sesuai dengan apa yang Allah syariatkan, dan pelakunya berniat ikhlas karena Allah dalam amalannya, juga beriman kepada Allah dan membenarkan ajaran para nabi dan rasul-Nya. Namun sebaliknya, bila amalan seseorang tidak memenuhi persyaratan di atas (ikhlas dan mengikuti ajaran nabi), maka sungguh Allah Ta’ālā telah berfirman (tentang hal ini),
"Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan."
(QS. Al-Furqān: 23)
Allah Ta’ālā juga berfirman,
"Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka)."
(QS. Al-Gāsyiyah: 2-4)
Inilah wajah-wajah yang terhina lagi kepayahan dari beramal. Namun, bila amalan tersebut tidak sesuai dengan petunjuk Allah; niscaya Allah akan menjadikan neraka sebagai tempat tinggalnya. Hal itu karena amalan tersebut tidak sesuai dengan syariat Allah, namun sebaliknya sesuai dengan peribadatan yang batil dan mengekor pada arahan pemimpin kesesatan yang telah menciptakan ajaran-ajaran kebatilan (sesat). Jadi, sebuah amalan akan diterima oleh Allah bila sesuai dengan ajaran yang disampaikan Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Maka, bagaimana mungkin seseorang kufur kepada Allah namun di sisi lain masih tetap mengharap balasan dari-Nya?
Dan Allah tidak akan menerima iman seseorang kecuali bila ia mengimani seluruh nabi ‘alaihimus-salām serta beriman kepada risalah yang dibawa oleh Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Dan kami telah sebutkan sebelumnya beberapa dalil yang berkaitan dengan hal ini pada pembahasan nomor (20).
Allah Ta’ālā berfirman,
"Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur`ān) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), 'Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.' Dan mereka berkata, 'Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.'"
(QS. Al-Baqarah: 285)
Allah Ta’ālā juga berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (Al-Qur`ān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh." (QS. An-Nisā`: 136)
(QS. Al-Baqarah: 285)
Allah Ta’ālā juga berfirman,
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, 'Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah kepadamu lalu datang kepada kamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.' Allah berfirman, 'Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu?' Mereka menjawab, 'Kami setuju.' Allah berfirman, 'Kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu.'”
(QS. Āli 'Imrān: 81)