​Dalam agama Islam; hubungan antara manusia dengan Allah itu terjadi secara langsung,...

Dalam Islam, tidak dibutuhkan lagi pengakuan atas seluruh dosanya di ha-dapan manusia bila telah bertobat. Dalam Islam pula, hubungan antara manusia dengan Allah itu terjadi secara langsung. Maka tidak dibutuhkan orang lain sebagai perantara antara engkau dengan Allah. Sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan nomor (36), bahwa Allah Ta’ālā mengajak seluruh manusia untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Pun demikian, Allah melarang manusia menjadikan para nabi dan malaikat sebagai perantara antara Allah dengan para hamba-Nya.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Dan tidak (mungkin pula baginya) menyuruh kamu menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruh kamu menjadi kafir setelah kamu menjadi muslim?"

(QS. Āli 'Imrān: 80)

Islam - sebagaimana engkau saksikan- melarang kita menjadikan manusia sebagai tuhan atau sekutu bagi Allah dalam rubūbiyyah atau ulūhiyyah-Nya. Allah Ta’ālā berfirman tentang sikap kaum Nasrani,

"Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Almasih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan."

(QS. At-Taubah: 31)

Allah juga mengingkari orang-orang kafir yang menjadikan perantara antara diri mereka dengan Allah.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), 'Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.' Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar."

(QS. Az-Zumar: 3)

Allah telah menjelaskan bahwa para penyembah berhala -orang jahiliah- dahulu menjadikan perantara antara mereka dengan Allah, seraya beralasan, "Kami lakukan itu demi mendekatkan diri kepada Allah."

Apabila Allah telah melarang manusia menjadikan para nabi atau malaikat sebagai perantara antara Dia dengan para hamba-Nya; maka selain mereka (para nabi dan malaikat) tentunya lebih tidak patut lagi dijadikan perantara. Bagaimana mungkin hal tersebut disamakan? Padahal para nabi dan rasul termasuk para hamba yang senantiasa bersegera dalam mendekatkan diri kepada Allah. Allah Ta’ālā berfirman mengisahkan kondisi para nabi dan rasul ‘alaihimus-salām,

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap (kepada rahmat Kami) dan cemas (akan siksa Kami), dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami."

(QS. Al-Anbiyā`: 30)

Allah Ta’ālā juga berfirman,

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah), dan mereka mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan siksa-Nya. Sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti."

(QS. Al-Isrā`: 57)

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang engkau mintai selain Allah -dari para nabi dan orang-orang saleh-; sejatinya mereka adalah orang-orang yang suka mendekatkan diri kepada Allah, senantiasa mengharap rahmat-Nya serta selalu takut azab-Nya. Maka bagaimana mungkin mereka dimintai sesuatu selain Allah?

Pilih Bahasa Anda