Islam memerintahkan untuk berakhlak mulia

I

slam memerintahkan untuk berakhlak mulia. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik."

(Sahih Al-Adab Al-Mufrad: 207)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempatnya denganku pada hari Kiamat adalah orang yang paling baik budi pekertinya di antara kalian. Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempatnya dariku pada hari Kiamat adalah orang yang banyak bicara dan bergaya dalam bicara serta bermulut besar." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Kami sudah tahu orang yang banyak bicara dan bergaya dalam bicara, lantas apakah yang dimaksud dengan bermulut besar?" Beliau menjawab, "Yaitu orang-orang yang sombong."

(As-Silsilah Aṣ-Sahihah: 791)

Abdullah bin ‘Amr raḍiyallāhu ‘anhumā berkata,

“Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bukanlah orang yang keji dan suka berbuat keji. Beliau pernah bersabda, ‘Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.’”

(Sahih Bukhari: 3559)

Dan berbagai ayat dan hadis lainnya yang menunjukkan bahwa Islam selalu menganjurkan untuk berakhlak mulia dan beramal baik secara umum.

Di antara perkara yang diperintahkan Islam adalah jujur. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Hendaknya kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing pada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur."

(Sahih Muslim: 2607)

Di antara perkara yang diperintahkan Islam adalah menunaikan amanah.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya."

(QS. An-Nisā`: 58)

Di antara perkara yang diperintahkan Islam adalah menjaga kesucian diri. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Tiga golongan yang pasti Allah tolong", di antara mereka adalah: "orang yang ingin menikah agar dirinya terjaga dari dosa."

(Sunan At-Tirmiżiy: 1655)

Di antara doa yang sering diucapkan Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah:

"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, sifat ifah dan kecukupan."

(Sahih Muslim: 2721)

Di antara perkara yang diperintahkan Islam adalah memiliki rasa malu. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan."

(Sahih Bukhari: 6117)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu."

(HR. Baihaqi dalam Syu'ab Al-Īmān: 6/2619)

Di antara perkara yang diperintahkan Islam adalah keberanian. Anas raḍiyallāhu ‘anhu berkata,

"Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik, paling berani dan paling dermawan. Sungguh pernah terjadi keta-kutan yang menimpa penduduk Madinah, dan Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam orang yang mendahului mereka (mencari sumber ketakutan) dengan menunggang kuda."

(Sahih Bukhari: 2820)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari sikap pengecut seraya berdoa:

"Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut."

(Sahih Bukhari: 6374)

Di antara perkara yang diperintahkan Islam adalah bekerja keras dan dermawan.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui."

(QS. Al-Baqarah: 261)

Di antara akhlak Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah dermawan. Ibnu 'Abbās raḍiyallāhu ‘anhumā berkata,

"Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling dermawan, terutama pada bulan Ramadan ketika Jibril ‘alaihis-salām mendatanginya. Jibril ‘alaihis-salām mendatanginya setiap malam di bulan Ramadan hingga berakhir; Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menyetorkan hafalan Al-Qur`ān kepadanya. Dan jika Jibril menemuinya, maka beliau lebih dermawan daripada angin yang berhembus."

(Sahih Bukhari: 1902)

Di antara perkara yang diperintahkan Islam adalah membantu orang yang membutuhkan, menolong orang yang terkena musibah, memberi makan orang yang kelaparan, berbuat baik kepada tetangga, menyambung tali silaturahmi serta bersikap lemah lembut kepada hewan. Abdullah bin 'Amr raḍiyallāhu ‘anhumā meriwayatkan bahwasannya seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,

"Amalan apa yang terbaik dalam Islam?" Beliau menjawab, "Engkau memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal."

(Sahih Bukhari: 12)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Ketika seorang laki-laki berjalan di suatu jalan, dia merasa sangat haus. Dia pun mendapatkan sebuah sumur, lalu dia turun dan minum. Kemudian dia keluar. Tiba-tiba ada seekor anjing yang menjulurkan lidah menjilat tanah karena kehausan. Laki-laki itu berkata, 'Sungguh, anjing ini telah mencapai haus seperti yang telah aku alami.' Lalu dia turun ke dalam sumur dan mengisi air ke dalam sepatunya kemudian menggigitnya dengan mulutnya hingga naik ke atas dan segera memberi minum anjing itu. Maka Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya." Mereka bertanya, "Ya Rasulullah! Apakah kita akan mendapatkan pahala pada hewan ternak?" Beliau bersabda, "Menolong setiap makhluk yang memiliki limpa basah akan mendatangkan pahala."

(Sahih Ibnu Ḥibbān: 544)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

"Orang yang berusaha memberi nafkah pada janda dan orang miskin seperti orang yang berjihad fi sabi-lillah, atau orang yang mengerjakan salat sepanjang malam dan puasa sepanjang siang."

(Sahih Bukhari: 5353)

Islam menekankan pentingnya memperhatikan hak-hak kerabat serta mewajibkan untuk menjalin tali silaturahmi.

Allah Ta’ālā berfirman,

"Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu hendak berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Demikianlah telah tertulis dalam Kitab (Allah)."

(QS. Al-Aḥzāb: 6)

Islam mengingatkan bahaya memutus tali silaturahmi, dan peringatan ini disandingkan dengan perbuatan merusak di atas muka bumi. 

Allah Ta’ālā berfirman,

"Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, lalu kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; dan (Allah) menjadikan mereka tuli, dan membutakan penglihatan mereka."

(QS. Muḥammad: 22-23)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahmi."

(Sahih Muslim: 2556)

Kerabat yang wajib disambung tali silaturahminya adalah kedua orang tua, saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dari pihak bapak, bibi dari pihak bapak, paman dari pihak ibu dan bibi dari pihak ibu.

Islam juga menekankan pentingnya memperhatikan hak tetangga, sekalipun ia non muslim. Allah Ta’ālā berfirman,

"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabīl dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri."

(QS. An-Nisā`: 36)

Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Malaikat Jibril senantiasa berpesan kepadaku (untuk berbuat baik) terhadap tetangga, sampai aku mengira bahwasanya dia akan memberikan hak waris kepada tetangga."

(Sahih Abī Dāwūd: 5152)

Pilih Bahasa Anda